Senin, 08 Desember 2008

SIAPA MENANAM, PASTI AKAN MENUAI

Tulisan ini hanyalah sebuah renungan kecil, atas pengalaman saya beberapa waktu lalu ketika menjenguk keponakan yang sedang “mondok” di salah satu pesantren tahfidz di kudus, jawa-timur. Di salah satu sisi tembok, tepampang sebuah tulisan yang cukup membuat saya menginstrospeksi dan bertanya-bertanya kepada diri saya sendiri, tulisan itu cukup mengagetkan saya dan mengingatkan saya pada masa-masa waktu ssekolah di pesantren dulu. Tulisan itu berisi peringatan dan ancaman, yang kira-kira bunyinya seprti ini “barang siapa yang menggap remeh gurunya, maka Allah akan menurunkan tiga bala kepadanya; 1. akan dilupakan segala apa yang pernah ia hafalakan dan pelajari, 2. Allah akan memotong lisannya, 3. dan hingga akhirnya dia menjadi orang yang paling fakir. Setelah membaca tulisan tersebut dalam hati, saya langsung istighfar, saya ingat waktu di sekolah dulu, bukan hanya mengaggap remeh, tapi juga kami sering mengumpat dalam hati sebagai eksperesi kekesalan, bahkan pula tak jarang menirukan gaya, cara bicara dan berjalan mereka.
Jika peringatan itu dikaitkan dengan keadaan saya sekarang, saya merasa peringatan itu mungkin ada benarnya, karena saya merasakan akibat yang juga telah disebutkan di atas selama 6 tahun di pesantren sudah barang tentu tidak sedikit ilmu yang yang saya peroleh selam menempuh pendidikan di sana, namun seeakan semua itu tak membekas sama sekali dalam diri saya, mungkin karena dulu saya sering sekali meremehkan para guru yang pernah mengajar saya.
Di dalam dunia kampus tak sedikit organisasi yang saya ikuti untuk melatih dan membisaakan diri berbicara di depan orang banyak, namun tetap saja usaha itu hamper tidak membuahkan hasil, dan lagi-lagi saya kembali berfikiran mungkin ini imbas dari kelaukuan kurang ajar kepada para guru. Saya membatin dalam diri, dan sangat menyesal atas apa yang pernah saya lakukan, andaikan waktu bisa berulang kembali hal ini pasti tak akan pernah saya lakukan. Namun nasi telah menjadi bubur, penyesalan bukanlah obat yang mujarab untuk menebus kesalahan, yan saya bisa lakukan sekarang hanyalah pasrah dan terus berusaha agar semuanya bisa berjalan dengan baik.
Dua imbas dan bala mungkin telah menimpa diri saya, dan bala’ terakhir adalah yang paling menakutkan, menjadi orang yang paling fakir, mungkin yang ketiga ini belum Allah timpakan kepada saya, dan selalu berharap dan berdoa agar bala’ yang ketiga ini jangan samapi “singgah” dalam kehidupan saya.
Ini adalah pengalaman peribadi yang saya alami, dan tak menutup kemungkinan oula ini juga anda dan banyak orang alami, namun anda dan banyak orang tersebut tak pernah menyadarinya, saya mengajak kepada para pembaca untuk merenung sejenak tentang kehidupan yang kita alami sekarang dan kita kaitkan dengan apa yang pernah kita lakukan di masa silam. Jika kita mendapati sisi negative dengan apa yang kita alami sekarang, bisa jadi hal itu berkaitan dengan kejadian atau perbuatan yang pernah kita lakukakan, begitupun sisi positif yang kita alami sekarang tak menutup kemungkinan itu merupakan balasan atas kebaikan yang pernah pula kita lakukan, anda ingat istilah yang sering terjadi di film India tentang “hokum karma”, mungkin itu istilah yang cocok dengan kejadia-kejadian yang berkaitan dalam kehidup kita sekarang dan di masa silam.
Zig Ziglar, seorang motivator ternama pernah mengatakan bahwasannya apa yang kita tanam sekarang maka itulah yang akan kita panen di masa mendatang. Jika kita menanam benih padi, maka kita akan memanen padi di masa yang akan datang, begitupula jika sekarang kita menanam benih kebencian dan rasa dendam, sudah pasti itulah yang akan kita panen di masa depan.
Oleh karenanya sebagai makhluk social seharusnya kita menyadari bahwasannya kita hidup di tengah masyarakat yang multi sifat, kita dan juga mereka punya perasaan, sudah seharusnyalah kita mulai bebenah dan kembali menata diri bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap orang lain, jangan sampai karena perbuatan atau perkataan kita yang kurang berkenan membuat perasaan mereka terganggu, jika sudah perasaan yang dirusak, maka akan sulit memperbaikinya, jika ini sudah terjadi tak menutup kemungkinan rasa dendam dan kebencian akan timbul, Karena kita sendiri yang menanm benihnya.
Ini hanyalah sebuah tulisan yang sangat singkat, namun tak ada salahnya jika kita mengambilnya sebagai bahan introspeksi diri kita masing-asing. Mudah-mudahan tulisan yang singkat ini dapat memberikan manfaat buat kita semua walau hanya sebesar biji sawi. Wallahu’alam

Tidak ada komentar: